Kuasa hukum keluarga Ferdy Sambo, Febri Diansyah menyebutkan anak bungsu dari Putri Candrawathi yang masih balita akan dijaga oleh pengasuh dan neneknya yang sudah berusia 82 tahun. Bagaimana dampaknya terhadap mental anak, untuk kasus penitipan seperti ini?
Hasil dari penelitian terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Early Child Development and Care, mendapati tingkat stres anak yang dititipkan meningkat tajam dibanding anak yang tinggal di rumah bersama orang tua.
Alasannya jelas, bahwa anak-anak akan sangat merindukan dan merasa kehilangan kedua orang tuanya, terutama yang ditinggalkan lebih dari 8 jam di penitipan.
Penelitian mengenai tingkat stres anak yang meningkat di daycare bukan hanya sekali diadakan. Salah satunya penelitian tahun 2011 yang berujung pro kontra. Psikolog terkemuka Aric Sigman menyimpulkan bahwa tempat penitipan anak berpengaruh pada kesehatan fisik dan mental.
Bukan hanya meningkatkan kadar stres, tapi juga berpengaruh besar pada perkembangan otak dan mental si anak. Termasuk membuat mereka kesulitan menjalin hubungan dengan orang dewasa.
Akibat lainnya menurut Sigman, si kecil jadi lebih sering terkena penyakit ringan seperti pilek dan batuk, juga punya kecenderungan menderita penyakit jantung ketika dewasa nanti.
Namun beberapa pakar kesehatan sama sekali tidak setuju dengan kesimpulan Sigman. Dorothy Bishop, profesor perkembangan neuropsikologi di Oxford University mengatakan, ada bukti bahwa tempat penitipan memengaruhi kadar kortisol anak dalam jangka pendek, tetapi tidak ada bukti kalau bisa menyebabkan kerugian jangka panjang.
Dr Stuart Derbyshire, psikolog dari University of Birmingham, menambahkan bahwa anak-anak yang sering berada di penitipan anak mungkin memiliki tingkat kortisol yang lebih tinggi. Namun bukan karena stres, melainkan karena bermain dan berlarian terlalu sering. Pun Ben Goldcare yang mengatakan bahwa studi yang dilakukan Sigman hanyalah eksperimen individu, dan tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Untuk penelitian, ilmuwan dari Norwegian University of Science and Technology (NTNU) mengukur hormon stres kortisol lewat sampel air liur di pagi dan sore hari.
Pada 112 balita usia satu tahun hingga 18 bulan, dari 85 pusat penitipan anak yang berbeda di enam kota, sekitar lima bulan setelah mereka mulai dititipkan. Hormon kortisol dapat mengindikasikan stres. Balita yang mengalami stres berlebih akan menunjukkan reaksi emosional berlebihan pula.
Berikut beberapa poin penting temuan terbaru yang diungkap peneliti:
Balita yang menghabiskan waktu lebih dari 8 jam di penitipan (waktu kerja normal orang tua) mengalami stres sepertiga lebih tinggi (sekitar 32 persen) dibanding anak yang ditinggal di rumah bersama pengasuh.
Balita yang kurang kompeten secara sosial dan tidak memiliki kemampuan bahasa yang baik juga menderita stres di penitipan.
Balita aktif dan mampu bersosialisasi yang dititip kurang dari 7 jam, tidak menunjukkan stres berarti.
Alasan balita mengalami stres adalah, merindukan orang tuanya akibat merasa terpisah, dan memiliki konflik tidak mengenakkan dengan anak-anak lain.
Efek jangka pendek dan panjangnya, balita jadi lebih pemalu di kemudian hari, tumbuh dengan perasaan mudah cemas, serta kurang mampu mengendalikan diri. Sebab stres di usia muda–yang dipengaruhi oleh hormon kortisol–mengubah perkembangan otak balita.
Umumnya kortisol memiliki ritme sama, mencapai tingkat tertinggi sekitar 30 menit setelah bangun tidur pagi. Kemudian menurun seharian dan semalaman. Namun, stres balita justru meningkat seharian selama ada di penitipan, dan baru turun setelah mereka sampai rumah.
Walau begitu, peneliti juga mencatat beberapa keterbatasan studi, sehingga perlu ditafsirkan secara bijak. Pertama, mereka tidak tahu apakah stres yang dialami balita dengan usia yang lebih kecil bisa berbahaya atau tidak. Kedua, studi masih perlu ditindaklanjuti dengan studi yang lebih besar untuk melihat kemungkinan lainnya, demikian dilansir Science Daily.
Sebelumnya, diberitakan bahwa Putri Candrawathi akhirnya menyusul suaminya di penjara. Ia ditahan di Rutan Mabes Polri, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan pada Jumat (30 September 2022).
Febri mengungkap rencana pengasuhan anak-anak kliennya, Ferdy Sambo. Hal ini merupakan konsekuensi dari kasus pembunuhan Brigadir J yang dilakukan oleh kliennya.
“Tadi saya sempat bahas juga, diskusi juga saat di rumah. Anak yang paling kecil akan dijaga selain oleh pengasuh juga akan dijaga oleh neneknya yang sekarang berumur 82 tahun,” ungkap Febri Diansyah di Bareskrim Polri, Jumat (30 September 2022). [AB]