Pemerintah melalui Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno, baru-baru ini menyatakan harapan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sanur dapat menarik wisatawan mancanegara (wisman) mengunjungi Bali, bukan hanya untuk healing, tetapi juga berpotensi menjadi tujuan layanan/wisata kesehatan (health tourism).
Melansir dari kantor berita Antara, KEK Sanur akan menjadi kawasan pariwisata kesehatan pertama di Indonesia pertama di Indonesia, karena terdapat dua juta masyarakat Indonesia yang berobat ke luar negeri dan menghabiskan Rp97,5 triliun devisa Indonesia.
Setelah beroperasi penuh yang dijadwalkan selesai di 2024, KEK Sanur dapat menyerap sekitar 43.000 tenaga kerja. Pada 2045 KEK Sanur diharapkan mampu menambah total perolehan devisa hingga 1,28 miliar dolar AS atau Rp 19,6 triliun. Total investasi untuk membangun KEK Sanur mencapai Rp10,2 triliun.
Dikutip dari laporan Republika, Pemerintah Indonesia melalui Badan Usaha Milik Negara (BUMN) secara serius membangun fasilitas kesehatan bertaraf international di Tanah Air, melalui Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kesehatan di Sanur, Bali. KEK Kesehatan pertama di Indonesia ini merupakan terobosan pemerintah.
Dalam lokasi seluas 40 hektare di wilayah Sanur, pemerintah turut merevitalisasi hotel bersejarah yang dibangun Soekarno dan menyatu dengan Ethno Botanical Garden. Direktur Utama Pertamedika IHC Mira Dyah Wahyuni mengatakan kawasan Sanur menjadi pilihan sejalan dengan pamornya sejak dekade lalu sebagai destinasi wisata sarat budaya dan sejarah.
“Mengambil inspirasi Sanur dari asal kata Sahar Nuhur atau silakan datang, serta lokasi wilayah Desa Intaran (diambil dari banyaknya tumbuhan perdu intaran) yang dulu banyak dipakai untuk pengobatan,” ujar Mira saat gelar wicara bertajuk “Challenges and Opportunities of Indonesia’s Medical Tourism” pada Senin (23/1/2023).
Mira menyebut Sanur juga dikenal sebagai the sunrise of Bali sehingga makin menjadikan Sanur istimewa sebagai destinasi wisata kesehatan. Menurut Mira, KEK Kesehatan bukan hanya menawarkan medical tourism, juga dapat menjadi tujuan untuk wisata wellness, sehingga Bali akan memiliki health tourism yang komphrehensif.
“Berdasarkan survei, Indonesia berpotensi kehilangan Rp 97,6 triliun per tahun karena hampir dua juta orang warga Indonesia bepergian ke luar negeri untuk melakukan pemeriksaan kesehatan serta pengobatan lanjutan lainnya seperti kanker dan aestethic,” lanjut Mira.
Mira menyampaikan inisiasi wisata kesehatan ini berasal dari peran penting Indonesia di ranah Asia. Melalui KEK kesehatan, Indonesia mampu mengembangkan ekonomi yang pesat, membuka peluang untuk bersaing, dan memiliki infrastruktur serta nilai tambah, salah satunya di bidang kesehatan.
“Kementerian BUMN mendorong perusahaan-perusahaan BUMN untuk secara serius berinovasi membangun fasilitas bertaraf international dengan teknologi, spesialisasi serta didukung oleh sistem dan sumber daya manusia kesehatan andal,” ucap Mira.
Menparekraf Sandiaga dalam The Weekly Brief With Sandi Uno yang digelar di Jakarta, Selasa 24 Januari 2023, berharap dari total 11 miliar dolar AS yang dibelanjakan masyarakat Indonesia di sektor wisata kesehatan dapat sebagian diserap oleh KEK Sanur.
Sementara itu, holding BUMN sektor pariwisata PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) atau InJourney berharap KEK Sanur beroperasi pada kuartal pertama tahun depan.
InJourney juga akan membangun 1.000 kamar hotel di dalam KEK Sanur sebagai kawasan pariwisata kesehatan.
KEK Sanur akan menjadi kawasan pariwisata kesehatan pertama di Indonesia pertama di Indonesia, karena terdapat dua juta masyarakat Indonesia yang berobat ke luar negeri dan menghabiskan Rp97,5 triliun devisa Indonesia.
Setelah beroperasi penuh yang dijadwalkan selesai di 2024, KEK Sanur dapat menyerap sekitar 43.000 tenaga kerja. Pada 2045 KEK Sanur diharapkan mampu menambah total perolehan devisa hingga 1,28 miliar dolar AS atau Rp 19,6 triliun. Total investasi untuk membangun KEK Sanur mencapai Rp10,2 triliun.
Kementerian BUMN Turut Kembangkan Pengobatan Tradisional di KEK Sanur
Terpisah, Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan bahwa di dalam Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sanur di Denpasar, Bali akan dikembangkan pengobatan tradisional Bali dengan menggunakan tanaman herbal untuk menjaga warisan leluhur.
“Di KEK Sanur kita coba manuskrip pengobatan tradisional Bali yang menggunakan tanaman herbal Bali dengan bekerja sama dengan BRIN dan tokoh-tokoh kesehatan Bali,” kata Erick di Denpasar, belum lama ini, kepada kantor berita Antara.
Menteri BUMN tersebut menyatakan tidak ingin membangun proyek di Bali tanpa mempertimbangkan budaya dan spiritual, sehingga setelah berkomunikasi dengan tokoh lokal, dirinya memutuskan untuk mengembangkan kebun raya ekomedis berbasis lontar usada.
Terkait keperluan dalam penggunaan obat tradisional, Erick mengatakan pihaknya ingin mengembangkan obat-obatan berbasis budaya Indonesia seperti yang ada di China dan India.
“Pertumbuhan daripada kesehatan tentu harus berdasarkan dari obat-obatan kita, karena 90 persen obat ini bahan bakunya masih impor. Siapa tahu kita bisa menekan kebutuhan impor bahan baku sampai 20 persen,” kata Erick.