Penyakit Parkinson adalah kondisi kesehatan yang ditandai dengan kerusakan pada sel-sel saraf di otak yang mengontrol gerakan. Gejala utama dari penyakit ini meliputi tremor, kekakuan, perlambatan gerak, dan kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Penyakit Parkinson disebabkan oleh kekurangan dopamine, yaitu zat kimia di otak yang bertanggung jawab untuk mengontrol gerakan.
Levodopa adalah pengobatan utama yang digunakan untuk mengatasi gejala motorik dari penyakit ini. Namun, efektivitas Levodopa dapat berkurang dari waktu ke waktu dibarengi dengan peningkatan efek samping yang ditimbulkan dari proses pengobatan tersebut. Selain itu, Levodopa juga memiliki efek yang terbatas pada gejala nonmotorik saja seperti kesulitan tidur, masalah perasaan, dan masalah kognitif.
Dari berbagai masalah yang ditimbulkan, sembelit adalah salah satu masalah umum yang sering kali muncul dan sulit untuk diobati pada pasien Parkinson. Masalah pencernaan ini bisa menyebabkan tubuh pasien kesulitan menyerap Levodopa dan sangat mengganggu aktivitas sehari-hari.
Karena masalah tersebut, banyak pasien yang mencari pengobatan alternatif untuk mengatasinya. Salah satu pilihan yang saat ini sangat populer adalah akupuntur, yang melibatkan penyisipan jarum berukuran sangat kecil melalui kulit pada titik-titik tertentu di tubuh pasien. Meski pengobatan alternatif ini sudah berusia ribuan tahun, nyatanya akupuntur terus mengalami perkembangan. Salah satu yang terbaru adalah kehadiran Elektroakupunktur (EA) yang menjadi inovasi di era modern ini. EA melibatkan stimulasi jarum akupuntur dengan arus listrik.
Karena banyak dipilih sebagai salah satu pengobatan alternatif, baru-baru ini dilansir dari laman Parkinson News Today, terdapat sebuah publikasi penelitian yang menguji efektivitas EA untuk mengatasi masalah sembelit pada penderita Parkinson.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terapi EA yang dikombinasikan dengan pengobatan standar selama 12 minggu dapat ditoleransi dengan baik oleh pasien Parkinson. Studi ini juga menunjukkan bahwa EA dapat menyebabkan peningkatan fungsi motorik dan sedikit bantuan dari sembelit pada pasien. Pasien juga melaporkan peningkatan kualitas hidup dibandingkan dengan mereka yang hanya menerima obat perawatan standar.
Untuk menguji manfaat EA pada pasien Parkinson secara lebih lanjut, para peneliti di China telah melakukan uji klinis acak terkontrol di empat rumah sakit dari September 2018 hingga September 2019. Sebanyak 166 pasien Parkinson dewasa, usia 40-80, terdaftar dan secara acak ditugaskan ke kelompok EA atau ke kelompok perawatan biasa (hanya pengobatan konvensional). Pasien dalam kelompok EA menerima sesi EA 30 menit tiga kali seminggu selama 12 minggu.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa EA dapat meningkatkan fungsi motorik dan pergerakan usus pada pasien Parkinson. Skor total pada Unified Parkinson’s Disease Rating Scale (UPDRS) yang digunakan untuk menilai perubahan keparahan penyakit menunjukkan peningkatan yang signifikan pada kelompok EA dibandingkan dengan kelompok kontrol. Pasien dalam kelompok EA juga melaporkan peningkatan kualitas hidup terkait konstipasi.
Secara keseluruhan, hasil studi ini menunjukkan bahwa EA dapat menjadi opsi pengobatan yang efektif untuk pasien dengan penyakit Parkinson. Namun, para peneliti mencatat bahwa manfaat spesifik EA pada pasien Parkinson masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
Hal ini penting untuk dicatat bahwa EA harus digunakan sebagai terapi tambahan dan harus digabungkan dengan pengobatan standar yang diberikan oleh dokter. Belum ada penelitian lebih lanjut yang mengatakan kalau EA bisa menjadi metode pengobatan utama untuk mengatasi sembelit pada pasien Parkinson. Jadi, selalu konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter terkait sebelum memilih pengobatan untuk penyakit Parkinson.