Terapi Dry Needling mulai populer di kalangan masyarakat. Terutama untuk penyembuhan nyeri yang dialami pasca kegiatan olahraga. Meski sama-sama menggunakan alat jarum, ternyata dry needling beda dengan terapi akupuntur. Apa sajakah perbedannya?
Dilansir dari laman EMC, dr. Anita Suryani, Sp.K.O menjelaskan bahwa Dry Needling merupakan terapi dengan metode menusukkan jarum filiform ke dalam kulit atau otot.
Jarum filiform adalah jarum stainless steel halus dan pendek yang tidak memasukkan cairan ke dalam tubuh.
Ini lah yang menjadi landasan istilah kering atau dry digunakan. Dry Needling dapat menstimulasi atau merangsang proses penyembuhan jaringan lunak (otot, fascia, tendon, ligamen, dan lainnya).
“Dry Needling merangsang titik-titik yang mendasari myofascial trigger otot dan jaringan ikat (myofascial trigger point) untuk pengelolaan nyeri dan gangguan gerakan neuromuskuloskeletal (saraf, otot dan tulang). Hasilnya adalah berkurangnya/hilangnya nyeri dan bertambahnya lingkup gerak sendi,” terang dr. Anita.
Dia menambahkan, Dry Needling dapat membantu melemaskan otot yang tegang sehingga benjolan yang teraba tadi menghilang dan dapat mengurangi nyeri pada otot.
“Otot yang sehat terasa sedikit tidak nyaman dengan penusukan jarum, namun otot yang sensitif dan memendek atau memiliki trigger point di dalamnya akan merasakan sensasi seperti otot kram. Tusukan ini dapat menimbulkan kedutan jika mengenai trigger point. Kebanyakan pasien merasa bahwa terapi Dry Needling ini tidak sesakit yang dibayangkan sebelumnya,” terangnya.
Beda Dry Needling dengan Akupuntur
Lebih lanjut, dr. Anita mengatakan, akupuntur berdasar pada teori dari kedokteran Cina tradisional, sementara Dry Needling berdasarkan pada studi ilmiah modern neuroanatomi Barat dan sistem saraf, otot dan tulang.
“Walaupun demikian Dry Needling dan akupuntur sama-sama menggunakan alat yang sama yaitu jarum filiform,” imbuhnya.
Spesialis Kedokteran Olahraga RS EMC Sentul itu mengatakan, Dry Needling dapat mengatasi nyeri yang bervariasi, namun dapat juga untuk cedera akut atau kronis, sakit kepala, nyeri leher atau punggung, tendinitis, spasme otot, nyeri pinggul atau lutut, otot yang robek (strain), fibromyalgia dan tennis/golfer elbow.
“Efek samping dari Dry Needling dapat bervariasi, yang sering terjadi adalah nyeri otot ringan atau memar otot,” pungkas dr. Anita. [AB]