Penyiar radio dan presenter televisi Indonesia, Fitri Tropica sempat divonis menderita PCOS yang membuatnya lebih sulit mendapat kehamilan secara alami.
Mulanya, Fitri Tropica mengaku siklus menstruasinya sangat tidak teratur. Tetapi, ia tidak pernah berpikir bahwa itu tanda PCOS.
Apa itu Polycystic Ovarian Syndrome (PCOS)?
Melansir alodokter, sindrom polikistik ovarium atau polycystic ovarian syndrome (PCOS) adalah gangguan hormon yang terjadi pada wanita di usia subur. PCOS ditandai dengan gangguan menstruasi dan kadar hormon maskulin (hormon androgen) yang berlebihan.
Hormon androgen yang berlebihan pada penderita PCOS dapat mengakibatkan ovarium atau indung telur memproduksi banyak kantong-kantong berisi cairan. Kondisi ini menyebabkan sel-sel telur tidak berkembang dengan sempurna dan gagal dilepaskan secara teratur.
Polycystic ovarian syndrome juga dapat menyebabkan penderitanya tidak subur (mandul), dan lebih rentan terkena diabetes dan tekanan darah tinggi.
Penyebab Polycystic Ovarian Syndrome (PCOS)
Hingga saat ini, belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan PCOS. Namun, ada beberapa faktor yang diduga terkait dengan PCOS, yaitu:
Kelebihan hormon insulin
Hormon insulin adalah hormon yang menurunkan kadar gula dalam darah. Kadar insulin yang berlebihan menyebabkan peningkatan produksi hormon androgen dan penurunan sensitivitas tubuh terhadap insulin.
Faktor genetik
Hal ini karena sebagian penderita PCOS juga memiliki anggota keluarga yang menderita PCOS.
Gejala Polycystic Ovarian Syndrome (PCOS)
Gejala sindrom ovarium polikistik bisa timbul ketika wanita mengalami haid pertama kali di masa pubertas. Meski gejala PCOS sering muncul saat remaja, ada juga penderita PCOS yang baru mengalami gejalanya setelah dewasa atau saat periode tertentu, misalnya saat berat badannya naik secara signifikan.
Beberapa Gejala Sakit PCOS
Gangguan menstruasi
PCOS kerap ditandai dengan periode menstruasi yang tidak teratur atau berkepanjangan. Sebagai contoh, penderita PCOS hanya akan mengalami haid kurang dari 8–9 kali dalam 1 tahun. Jarak antar haid dapat kurang dari 21 hari atau lebih dari 35 hari, atau darah menstruasi mengalir deras.
Gejala akibat kadar hormon androgen yang meningkat
Peningkatan kadar hormon androgen pada wanita dengan PCOS dapat menyebabkan munculnya gejala fisik seperti pria, seperti tumbuhnya rambut yang lebat di wajah dan tubuh (hirsutisme), serta munculnya jerawat yang parah dan kebotakan.
Kista ovarium yang banyak
Pada penderita PCOS, bisa ditemukan kantong-kantong kista di sekitar sel telur (ovarium).
Warna kulit menjadi gelap
Beberapa bagian tubuh penderita PCOS bisa menjadi gelap, terutama di area lipatan, seperti lipat leher, selangkangan, dan bagian bawah payudara.
Apakah Akupuntur Bisa Mengobati PCOS?
Dalam pengobatan PCOS dengan terapi akupunktur, jarum akan ditempatkan di sepanjang titik akupunktur yang terkait dengan sistem reproduksi. Hal ini untuk membantu merangsang organ, meningkatkan aliran darah, menormalkan kadar hormon, dan meningkatkan berfungsinya sistem reproduksi.
Jarum akan ditusukkan ke kulit sampai ke otot, sehingga menstimulasi otot untuk mengirim sinyal ke otak melalui sumsum tulang belakang. Jika jarum ditusukkan pada tempat yang terkait dengan sistem reproduksi, maka akan menstimulasi otak untuk menurunkan jumlah pelepasan hormon androgen dari ovarium.
Sementara, androgen adalah hormon yang paling bertanggung jawab atas banyak gejala PCOS. Akupunktur juga dapat bekerja pada sistem di otak, yaitu sistem neuroendokrin. Sehingga, terapi akupunktur juga dapat menstabilkan hormon penderita PCOS.
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa terapi akupunktur adalah terapi yang aman dan mungkin merupakan terapi yang efektif untuk PCOS. Sebab, terapi ini dapat mengurangi gejala klinis yang muncul pada penderita PCOS, meningkatkan kadar hormon seks perempuan, membantu ovulasi, dan memperbaiki siklus menstruasi.
Namun, ada juga penelitian yang mengatakan bahwa terapi akupunktur tidak terlalu memberikan hasil yang signifikan dalam mengatasi PCOS. Oleh karena itu, masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut lagi mengenai terapi ini dan efektivitasnya dalam mengatasi PCOS.
Banyak penderita PCOS yang menggunakan berbagai obat untuk mengurangi gejalanya. Meski dapat membantu, tapi efek sampingnya (kelelahan, mual, muntah, dan diare) juga cukup mengganggu. Hal ini telah membuat sebagian perempuan beralih ke pengobatan alternatif seperti akupunktur. Meski belum semuanya sepakat, tapi sudah ada beberapa penelitian yang menunjukkan efektivitas terapi ini. Selain itu, akupunktur juga bisa membantu mengurangi sakit kepala dan memperbaiki suasana hati.