foto: Unsplash/Towfiqu barbhuiyaAdiksi narkoba merupakan masalah serius yang menyebabkan dampak negatif tidak hanya pada individu yang mengalami adiksi, tetapi juga pada keluarga dan masyarakat. Adiksi narkoba dapat dianggap sebagai masalah kesehatan jiwa yang kompleks, karena tidak hanya melibatkan masalah fisiologis, tetapi juga psikologis dan sosial.
Menurut Dra. Tri Iswardani A., M.Si., Psikolog dari Universitas Indonesia, salah satu faktor penting yang menyebabkan adiksi narkoba adalah trauma. Trauma adalah pengalaman yang menakutkan, mengejutkan, atau menyakitkan yang dapat menyebabkan perubahan jangka panjang dalam persepsi, emosi, dan perilaku seseorang. Trauma dapat berasal dari berbagai sumber, seperti kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan seksual, peristiwa tragis, atau bencana alam.
Menurut Dra. Tri Iswardani, dalam presentasinya bersama PIKTI juga menyampaikan bahwa adverse childhood experience (ACE) merupakan jenis trauma yang sering menyebabkan seseorang menjadi kecanduan narkoba. ACE adalah pengalaman buruk yang dialami oleh seseorang saat masih anak-anak, seperti kekerasan dalam rumah tangga, abusasi seksual, atau kehilangan orang yang dicintai. Pengalaman-pengalaman ini dapat meninggalkan jejak yang dalam dalam pikiran dan emosi seseorang, yang dapat menyebabkan masalah kesehatan jiwa seperti adiksi narkoba.
Menurut Dra. Tri Iswardani untuk mengatasi adiksi narkoba yang diakibatkan oleh trauma, perlu digunakan Trauma Informed Approach (care) yang memperhatikan aspek trauma dalam pengobatan. Hal ini dapat dilakukan dengan mengubah pendekatan “what’s the problem?” menjadi “what’s happened?”, yang berfokus pada mengidentifikasi dan memahami pengalaman trauma yang dialami oleh individu yang mengalami adiksi.
Selain itu, perlu dipercepat perolehan makna hidup sebagai bagian dari aspek spiritual (horizontal) dalam pemulihan holistik. Hal ini dapat dilakukan melalui TraumaTherapy dan Meaning-Based Therapy yang membantu individu menemukan makna dalam hidupnya, sehingga dapat menjadi dorongan untuk melepaskan diri dari adiksi narkoba. Terapi ini juga dapat membantu individu untuk mengatasi masalah-masalah emosional yang berhubungan dengan trauma seperti depresi, kecemasan, atau rasa tidak berharga.
Selain itu, dalam pengobatan adiksi narkoba yang diakibatkan oleh trauma, perlu dilakukan pendekatan yang komprehensif dan holistik. Pendekatan ini harus mencakup perawatan medis, psikologis, sosial, dan spiritual. Perawatan medis dapat dilakukan dengan menggunakan obat-obatan yang dapat membantu mengatasi gejala-gejala fisik yang diakibatkan oleh adiksi narkoba.
Perawatan psikologis dapat dilakukan dengan terapi individu, kelompok, atau keluarga. Terapi ini dapat membantu individu untuk mengatasi masalah-masalah emosional yang berhubungan dengan adiksi narkoba, seperti depresi, kecemasan, atau rasa tidak berharga. Terapi ini juga dapat membantu individu untuk belajar mengatasi masalah-masalah yang menyebabkan adiksi narkoba.
Perawatan sosial dapat dilakukan dengan menyediakan dukungan sosial untuk individu yang mengalami adiksi narkoba. Dukungan sosial ini dapat berupa dukungan dari keluarga, teman, atau masyarakat. Dukungan sosial ini dapat membantu individu untuk merasa lebih aman dan nyaman dalam proses pemulihan.
Perawatan spiritual dapat dilakukan dengan menyediakan dukungan spiritual untuk individu yang mengalami adiksi narkoba. Dukungan spiritual ini dapat berupa dukungan dari agama, filsafat hidup, atau kepercayaan diri. Dukungan spiritual ini dapat membantu individu untuk menemukan makna dalam hidupnya, sehingga dapat menjadi dorongan untuk melepaskan diri dari adiksi narkoba.
Secara umum, adiksi narkoba yang diakibatkan oleh trauma harus dianggap sebagai masalah kesehatan jiwa yang kompleks. Untuk mengatasi adiksi narkoba ini, perlu digunakan pendekatan yang komprehensif dan holistik yang mencakup perawatan medis, psikologis, sosial, dan spiritual. Hal ini dapat dilakukan dengan memperhatikan aspek trauma dalam pengobatan dan mempercepat perolehan makna hidup sebagai bagian dari aspek spiritual dalam pemulihan.